Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018
Gambar
PPJJR (PPJJR) 1987 (PPJJR) 1987 Juni 06, 2018 Peraturan Pembebanan Jalan Raya (PPJJR) 1987       PPJJR 1987, Pada dasarnya menggunakan konsep tegangan kerja yang ada pada pembebananya. Dalam perencanaan pembebanan jembatan diperlukan daya lahan yang cukup sehingga dalam hal ini diperlukan peraturan yang akan memenuhi pembebanan pada umumnya. Sebelum melakukan analisis perhitungan struktur jembatan. seorang perencanan perlu mencermati beban beban yang akan berkerja yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.Disetiap negara kemungkinan peraturan khusus untuk pembebanan jembatan akan berbeda antara negara yang satu dengan yang lainnya. PPJJR di indonesia di kemas dalam " Peraturan Pembebanan Jalan Raya (PPJJR) 1987" atau bina marga. Berikut ini adalah  peraturan pembebanan   yang dipergunakan dalam menganalisis struktur jembatan : BEBAN PRIMER Beban mati  Beban Hidup Beban Kejut gaya akibat tekanan tanam       2.  BEBAN SEKUNDER Beban Ang
struktur pembentukan jembatan Konstruksi Bangunan Atas ( Superstructures ) Sesuai dengan istilahnya, bangunan atas berada pada bagian atas suatu jembatan, berfungsi menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh suatu lintasan orang, kendaran, dll, kemudian menyalurkan pada bangunan bawah. Konstruksi bangunan atas meliputi: 1. Trotoar, yaitu jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Bagian dari trotoar meliputi: Sandaran dan tiang sandaran Peninggian trotoar Konstruksi trotoar 2. Lantai kendaraan dan lapis perkerasan 3. Balok diafragma/ikatan melintang 4. Balok gelagar 5. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan rem, ikatan tumbukan 6. Perletakan (rol dan sendi) Konstruksi Bangunan Bawah ( Substructures ) Bangunan bawah pada umumnya terletak di sebelah bawah bangunan atas. Fungsinya untuk menerima beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemu
Gambar
iut ILMU UKUR TANAH PENDAHULUAN GEODESI MENCAKUP KAJIAN DAN PENGUKURAN LEBIH LUAS, TIDAK SEKEDAR PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI DI DARAT, NAMUN JUGA DIDASAR LAUT UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN, JUGA PENENTUAN BENTUK DAN DEMENSI BUMI BAIK DENGAN PENGUKURAN DIBUMI DAN DENGAN BANTUAN PESAWAT UDARA, MAUPUN DENGAN SATELIT DAN SISTEM INFORMASINYA. ILMU UKUR TANAH DIDEFINISIKAN ILMU YANG MENGAJARKAN TENTANG TEKNIK-TEKNIK / CARA-CARA PENGUKURAN DIPERMUKAAN BUMI DAN BAWAH TANAH DALAM AREAL YANG TERBATAS (±20’-20’ ATAU 37 Km x 37 Km) UNTUK KEPERLUAAN PEMETAAN DLL. MENGINGAT AREAL YANG TERBATAS , MAKA UNSUR KELENGKUNGAN PERMUKAAN BUMI DAPAT DIABAIKAN SEHINGGA SISTEM PROYEKSINYA MENGGUNAKAN PROYEKSI ORTHOGONAL DIMANA SINAR-SINAR PROYEKTOR SALING SEJAJAR ATAU SATU SAMA LAIN DAN TEGAK LURUS BIDANG PROYEKSI. SEDANGKAN PADA PETA DAPAT DIDEFINISIKAN SEBAGAI GAMBARAN DARI SEBAGIAN PERMUKAAAN BUMI PADA BIDANG DATAR DENGAN SKALA DAN SISTEM PROYEKSI TERTENTU. UNTUK MEMUDAHKAN PENENTUAN S